Tari Monong juga bukan hanya sekedar tari biasa. Sebab, tari ini sangat berhubungan dengan dukun serta mantra. Sedangkan kalau kata monong sendiri, dalam bahasa Indonesia artinya adalah satu kaki. Kata ini mengacu pada cara penari menarikan tari ini yang hanya menggunakan satu kaki.
Asal Tari Monong dan Sejarahnya
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, daerah asal Tari Monong adalah Kalimantan Barat dengan Suku Dayak yang memilikinya. Oleh masyarakat Suku Dayak, tarian ini biasa dilakukan sebagai salah satu cara menolak bala dan penyembuhan penyakit.
Konon tari Monong sudah dilakukan untuk yang pertama kalinya pada awal tahun 1800-an dan sudah diturunkan dari generasi ke generasi serta dilestarikan hingga saat ini.
Pada awalnya, dilakukannya tarian ini adalah salah satu upaya untuk menyembuhkan warga yang tengah mengalami sakit. Tarian ini melibatkan para tabib atau dukun untuk menghilangkan sakit tersebut.
Dukun ini akan melakukan tarian sembari membaca mantra yang ditujukan untuk kesembuhan. Selain dilakukan oleh dukun, tarian ini biasanya juga diikuti oleh anggota keluarga orang yang tengah sakit.
Jadi bisa dikatakan bahwa Tari Monong dahulunya adalah ritual yang dilakukan untuk mengusir roh jahat yang menyebabkan orang menjadi sakit dan sekaligus memohon kesembuhan pada Tuhan. Akan tetapi, kalau saat ini tarian ini tidak lagi menjadi ritual seperti itu.
Tari Monong telah bertransformasi menjadi salah satu tari tradisional yang juga merupakan warisan budaya Indonesia dan tercatat asal tari Monong adalah Kalimantan Barat. Tarian ini sering ditampilkan dalam upacara adat Bemanang dan Balian.
Tidak hanya itu, tari Monong juga biasa dipertunjukkan dalam acara penyambutan tamu dan lainnya.
Fungsi Tari Monong

Seperti yang sudah bisa diraba dari penjelasan sebelumnya, tari Monong mengalami perubahan fungsi dari sejak awal dilakukannya.
Zaman dahulu, tarian ini dianggap sebagai tarian ritual dan masyarakat Suku Dayak memang mengandalkan penggunaan ritual ini untuk menghadapi masalah orang sakit.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, tari Monong juga banyak dipertunjukkan dalam berbagai upacara adat masyarakat di sana bahkan dalam acara penyambutan tamu juga. Lebih lanjut lagi, tari Monong juga ditampilkan sebagai hiburan untuk masyarakat setempat.
Saat ini, Tari Monong menjadi salah satu kekayaan tradisional Indonesia yang masih sering dipertunjukkan dalam berbagai kesempatan dengan salah satu tujuannya adalah agar tari tradisional ini tetap lestari.
Kostum dan Alat Musik dalam Tari Monong
1. Kostum
Selayaknya tari tradisional lainnya, para penari tari Monong juga akan mengenakan kostum khusus. Kostum yang mereka kenakan biasanya adalah pakaian khas milik Suku Dayak Kalimantan Barat dan untuk kostum ini umumnya terdiri atas:
- Sabuk
- Boro mote
- Epek timang
- Sampur cinde
- Kelat bahu
- Sumping lawe
- Tameng khas Suku Dayak
- Mandau, yakni senjata tajam sejenis parang khas Suku Dayak. Namun, parang ini berbeda dengan parang biasa, karena pada Mandau ada ukiran yang dilengkapi dengan lapisan kuningan
- Celana pancen
- Kalung kace
- Ikat kepala
- Jarik lereng
Tidak hanya mengenakan kostum yang terdiri atas pakaian khas Suku Dayak, para penari tari Monong ini juga akan memakai sejumlah properti sekaligus aksesoris yang digunakan dalam ritual. Dari daftar di atas, yang merupakan aksesoris ialah mandau dan perisai.
Keduanya adalah benda yang biasa digunakan sebagai peralatan perang khas Suku Dayak. Untuk perisai kalau di Suku Dayak namanya adalah Talawang dan terbuat dari kayu ulin atau kayu besi. Bentuknya persegi panjang dan panjangnya sekitar 1 hingga 2 meter dengan lebar 50 cm.
Bagian atas dan bawah perisai tersebut lebih runcing. Selain itu, ada pula properti tambahan lainnya yang bisa berupa piring dan selendang. Kalau selendang ini biasanya dipakai saat acara penyambutan tamu dan nantinya akan dikalungkan pada tamu yang dimaksud.
2. Alat Musik yang Digunakan
Sedangkan kalau alat musik yang digunakan dalam tarian ini salah satunya adalah sape. Ini adalah alat musik yang terbuat dari kayu adau atau kayu kita dan memang khas serta digunakan dalam tari-tarian masyarakat Suku Dayak yang juga merupakan asal Tari Monong.
Bentuk alat musik ini mirip dengan gitar dan cara memainkannya juga dengan dipetik. Tidak hanya dipakai untuk mengiringi ritual tari Monong, alat musik sape juga memang biasa digunakan mengiringi acara hajatan masyarakat Suku Dayak dan berbagai tarian Suku Dayak lainnya.
Alat musik tersebut bahkan terkenal hingga ke Malinau, Kutai Barat hingga Samarinda. Perihal ritual yang sudah disebutkan berulang kali sebelumnya, jampi-jampi atau mantra yang mengiringi tarian ini ditujukan kepada Sang Pencipta.
Tujuannya supaya orang yang menderita sakit diberikan kesembuhan. Hadirnya iringan musik yang salah satunya berasal dari alat musik sape juga membuat suasana pertunjukan tari Monong menjadi lebih hidup. Alat musik ini bisa menghasilkan dua nada yaitu tubun situn dan sakpakok.
Kalau nada tubun situn, ini adalah nada yang temponya lambat. Sedangkan sakpakok kebalikannya, temponya lebih cepat namun juga lebih dinamis.
Keunikan Tari Monong
Selayaknya tari tradisional lainnya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, tari Monong ini juga sangat unik serta berbeda dengan tari adat yang lainnya.
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, tarian ini akan menampilkan gerakan yang seperti dukun yang tengah melakukan pengobatan orang sakit.
Karena ada kaitannya dengan dukun, maka tidak heran kalau tarian ini sangat kental dengan nuansa magis serta mistis.
Dalam tari Monong juga ada penari pria dan penari wanita. Kalau penari pria, akan mengenakan pakaian adat dari Suku Dayak.
- Pakaian untuk pria tersebut terdiri atas celana pendek selutut, baju yang berupa rompi dan tanpa lengan, serta ikat pinggang kain yang dinamakan dengan selampit perak.
Ada juga sejumlah perhiasan seperti kalung dari gigi binatang, cekoang atau kalung pendek, inuk atau kalung panjang dan hiasan bulu burung enggang.
- Lalu untuk penari wanita, akan mengenakan baju yang juga berupa rompi dengan bawahan berupa rok. Rok ini memiliki corak yang khas dan dilengkapi dengan kain yang diikatkan pada pinggang.
Sementara untuk perhiasannya ada subang, gelang di kedua lengan, kalung manik dan hiasan kepala bulu burung enggang. Selain tampak unik dari pakaian yang digunakan tari Monong juga unik dengan gerakan tangan serta hentakan kaki yang sekaligus diiringi oleh mantra.
Mantra tersebut diucapkan dalam bahasa Dayak dan biasanya hanya dipahami oleh sesepuh Suku Dayak. Jadi biasanya memang tidak semua orang bisa memahami apa arti mantra yang diucapkan.
Suku Dayak di Kalimantan Barat yang menjadi daerah asal Tari Monong memang sangat kuat dalam menjaga warisan adat. Makanya tidak heran jika tarian ini masih tetap ada bahkan mengalami perkembangan juga hingga saat ini, dan semoga saja kekayaan Indonesia ini tetap lestari.