Properti Tari Jathilan, Fungsi dan Sejarah nya

Tari Jathilan menggunakan properti yang cukup beragam. Seperti kebanyakan tari tradisional, kesenian khas Jawa ini membutuhkan properti untuk menunjang penampilan para penari. Lantas, apa saja properti tari jathilan yang biasa digunakan?

Jathilan sendiri merupakan kesenian tradisional yang menyatukan unsur magis dan gerakan tari. Pada setiap pertunjukan, para penari bergerak secara lincah dan dinamis diikuti suara gamelan. Masyarakat percaya bahwa para penari dirasuki oleh roh halus selama pertunjukan.

Sejarah Tari Jathilan

Menurut sejarah, tari jathilan atau kuda lumping sudah dimainkan sejak ribuan tahun yang lalu. Tarian ini menggambarkan prajurit yang berperang menaiki kuda dan bersenjata pedang. Selain itu, ada pula penari yang bertopeng dan tidak menggunakan kuda seperti barongan, cepet, dan gendruwo.

Di awal kemunculannya, tarian ini murni bersifat magis dan digunakan sebagai sarana upacara ritual. Properti serta kostum yang digunakan juga masih sangat sederhana sehingga terlihat kurang menarik untuk disaksikan.

Seiring perkembangan zaman, kuda lumping sebagai properti utama mulai mengalami perubahan. Berbagai aksesoris mulai ditambahkan dan bentuk kuda juga dimodifikasi sehingga lebih menyerupai kuda sesungguhnya. Selain itu, kostum penari juga mengalami inovasi sehingga lebih menarik.

Meskipun properti tari jathilan mengalami perkembangan dan terlihat lebih modern, masih ada beberapa hal yang dipertahankan. Salah satunya adalah bagian ketika penari mengalami kesurupan.

Hingga saat ini, masih ada saja penari jathilan yang kesurupan atau tidak sadarkan diri selama pertunjukan. Konon katanya penari tersebut kerasukan roh halus yang diundang pada pertunjukan tersebut.

Meskipun terdengar menyeramkan, justru inilah yang ditunggu-tunggu oleh para penonton. Pasalnya penari yang kesurupan terkadang melakukan hal tidak wajar seperti makan pecahan kaca dan benda-benda tidak lazim lainnya.

Fungsi Tari Jathilan

Tari jathilan memiliki fungsi sebagai sarana hiburan. Di era modern seperti saat ini, nyatanya tari jathilan masih banyak digemari terutama oleh masyarakat yang tinggal di kawasan pedesaan. Pada kesempatan tertentu, jathilan dipentaskan di dusun sebagai sarana hiburan.

Pada awal kemunculannya, jathilan tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan. Pertunjukan yang satu ini digunakan sebagai media untuk membangkitkan semangat rakyat kecil dalam melawan penjajah.

Properti Tari Jathilan

Tari jathilan menggunakan beberapa properti khusus yang membuatnya berbeda dari tarian lain. Sebut saja kuda lumping yang menjadi ikon utama serta kostum yang khas. Penggunaan properti tersebut tentu saja membuat kesenian yang satu ini semakin menarik untuk dinikmati.

Berikut ini beberapa properti yang wajib digunakan pada setiap pertunjukan tari jathilan:

  1. Kuda Lumping

Sudah tidak diragukan lagi, kuda lumping atau dikenal juga dengan sebutan jaran kepang merupakan properti yang wajib ada pada tari jathilan. Kuda lumping terbuat dari anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda lengkap dengan bagian kepala, badan, dan ekor.

Seiring meningkatnya kreativitas seniman, kuda lumping terlihat semakin menarik. Beberapa pembuat kuda lumping mengecat kuda bahkan menambahkan aksesoris berupa tali kekang dan hiasan kepala sehingga menyerupai kuda perang yang sesungguhnya.

  • Kostum

Baju yang dikenakan oleh penari jathilan sangat bervariasi. Namun kebanyakan menggunakan atasan kaos atau kemeja yang dipadukan dengan rompi berwarna kontras. Beberapa penari juga menambahkan aksesoris dan hiasan berwarna emas.

Atasan ini biasanya dikombinasikan dengan celana tiga perempat serta kaus kaki dan sepatu. Tapi ada pula penari yang melakukan pertunjukan dengan kaki telanjang. Perpaduan ini menggambarkan prajurit yang sedang bertugas di medan perang.

  • Blangkon

Blangkon merupakan salah satu properti yang wajib digunakan pada penampilan tari jathilan. Blangkon adalah penutup kepala khas Jawa yang terbuat dari kain. Properti ini biasanya berwarna gelap dengan motif yang terlihat kontras.

Penari bisa memilih untuk menggunakan blangkon instan maupun blangkon yang terbuat dari kain segi empat. Kedua jenis blangkon ini cukup sering digunakan pada setiap penampilan tari jathilan. Belakangan ini, penari juga mengenakan ikat kepala yang menandakan paguyuban jathilan mereka.

  • Gelang

Salah satu properti tari jathilan yang juga tidak boleh dilewatkan adalah gelang. Meskipun sederhana, gelang yang dipasangkan pada tangan dan kaki berfungsi untuk melengkapi penampilan para penari jathilan, baik laki-laki maupun perempuan.

Tidak ada model khusus terkait gelang yang digunakan untuk menari jathilan. Namun umumnya penari menggunakan gelang berwarna emas tanpa motif atau hiasan.

  • Apok

Apok merupakan salah satu kostum wajib bagi penari jathilan. Apok adalah semacam penutup dada dan punggung yang dikenakan setelah baju dan rompi. Properti yang satu ini melambangkan kegagahan dan keberanian prajurit berkuda.

Meskipun menyimbolkan kegagahan, apok digunakan oleh penari pria dan wanita. Pakaian pelengkap ini biasanya berbentuk runcing pada bagian bawah dan melebar pada bagian pundak. Adapun motif apok cukup beragam sehingga dapat disesuaikan dengan selera.

  • Sabuk

Sabuk berfungsi untuk menguatkan baju dan celana agar tidak terlepas ketika penari sedang beraksi selama pertunjukan. Tidak seperti sabuk pada umumnya, sabuk hias ini biasanya berukuran lebih lebar, berwarna hitam, dan memiliki berbagai hiasan atau motif berwarna keemasan.

Sabuk dipasangkan setelah penari mengenakan baju dan celana. Dengan demikian, sabuk menjadi salah satu properti yang melengkapi keseluruhan penampilan para penari jathilan.

  •  Cambuk

Cemeti atau biasa disebut cambuk adalah properti wajib pada tari jathilan. Cambuk ini bisa menghasilkan suara keras ketika dicambukkan ke tanah. Meskipun demikian, tidak semua penari memegang cambuk karena hanya penari dengan peran tertentu saja yang menggunakannya.

  • Parang

Terakhir, penari jathilan juga menggunakan parang imitasi. Parang ini biasanya terbuat dari kayu yang dibentuk dan dicat sehingga menyerupai parang asli. Parang merupakan simbol perlawanan rakyat ketika zaman penjajahan.

  • Topeng

Meskipun tidak semua penari jathilan mengenakan topeng, properti yang satu ini cukup penting pada pementasan jathilan. Biasanya topeng digunakan oleh penari yang memainkan karakter gendruwo, cepet, penthul, atau barongan.

Topeng yang digunakan juga sangat beragam, tergantung peran yang dimainkan. Misalnya ada topeng yang memiliki rambut panjang dan topeng dengan riasan menyeramkam.

Iringan Musik

Selain gerak tari, nuansa magis, dan kostum yang khas, tari jathilan juga dapat dinikmati dari segi musik. Setiap pertunjukan jathilan diiringi oleh musik yang berasal dari gamelan berlaras slendro. Alunan musik ini dipadukan dengan instrumen rakyat bernama bedug dan iringan gending.

Namun seiring perkembangan zaman, musik pengiring jathilan menjadi sangat beragam. Tidak jarang penyanyi menggunakan lagu-lagu modern yang diaransemen ulang sehingga sesuai dengan instrumen musik yang digunakan.

Gaya jathilan baru ini ternyata mudah diterima oleh masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah Jawa. Meskipun mengalami modifikasi, esensi tari jathilan yang menggambarkan perjuangan prajurit di medan perang tetap dilestarikan.

Tari jathilan yang identik dengan nuansa magis masih terus diminati hingga saat ini. Ada beberapa aspek yang membuat kesenian ini sangat digemari, meliputi properti tari jathilan yang sangat beragam, gerak tari yang lincah dan tegas, serta iringan musik yang familiar di telinga.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *