Gerakan dasar tari bungong jeumpa adalah gerakan tangan dan kaki. Sambil berjinjit, penari menggerakkan tangan dan jari dengan gemulai untuk menggambarkan keindahan bunga cempaka. Karena kekhasannya, tidak heran jika tari bungong jeumpa sudah populer di berbagai belahan dunia.
Tarian khas Nangroe Aceh Darussalam ini mulanya dikenal sebagai tarian resmi kerajaan. Dengan pola gerakan yang penuh makna, tarian ini dipercaya mampu mengundang rezeki yang banyak bagi kerajaan. Untuk lebih lengkapnya, simak pembahasan berikut.
Asal Usul Tarian Bungong Jeumpa
Bungong jeumpa merupakan salah satu warisan kesenian yang lahir di Aceh sekitar tahun 7 Masehi. Istilah bungong jeumpa sendiri berarti bunga cempaka, salah satu bunga yang sangat disukai oleh Raja Aceh pada masa itu.
Karena kecintaan raja terhadap bunga cempaka menginspirasi terciptanya tarian bungong jeumpa yang kemudian dikenal sebagai tarian resmi kerajaan. Di awal kemunculannya, kesenian ini hanya ditampilkan di lingkungan kerajaan pada beberapa acara tertentu.
Seiring berjalannya waktu dan tarian ini telah mengalami modifikasi. Para seniman Aceh memodifikasi koreografi tarian bungong jeumpa sehingga terlihat lebih indah. Selain itu, kini tarian ini juga dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
Tarian tradisional Aceh ini memiliki makna yang sangat penting, yaitu sebagai gambaran semangat masyarakat Aceh serta keindahan tanah di wilayah barat Indonesia ini. Tarian ini juga merupakan kebanggaan rakyat setempat terhadap bunga cempaka yang banyak tumbuh di daerah tersebut.
Setiap penampilan tarian bungong jeumpa biasanya diiringi dengan lagu berjudul Bungong Jeumpa. Lagu khas tanah Aceh ini menggambarkan pujian terhadap bunga cempaka yang indah.
Gerakan Dasar Tari Bungong Jeumpa

Tarian khas Serambi Mekah ini memiliki beberapa gerakan dasar. Setiap gerakan memiliki arti yang luas, terutama yang berkaitan dengan kehidupan. Dengan begitu, gerakan yang ditampilkan bisa menjadi cerminan bagi masyarakat.
Berikut ini beberapa gerakan dasar tari bungong jeumpa yang perlu diketahui:
- Pancat
Pancat atau pancet merupakan gerakan pertama pada tarian bungong jeumpa. Penari berada pada sikap berdiri dengan kedua telapak tangan bertemu di depan dada. Gerakan ini merepresentasikan posisi orang yang sedang bertapa dalam keadaan berdiri.
Selain mempertemukan kedua telapak tangan, penari juga berjalan ke kanan – kiri dan maju – mundur sesuai dengan tempo iringan musik. Ekspresi wajah juga menjadi salah satu fokus perhatian pada posisi ini.
- Mendhak
Gerakan kedua disebut dengan istilah mendhak atau patrap. Untuk melakukan gerakan ini, penari menggerakkan tangan kanan sedangkan tangan kiri memegang siku tangan kanan. Pada posisi berdiri, mendhak dilakukan secara bergantian antara tangan kanan dan kiri.
Selanjutnya jari digerakkan seperti sedang memetik gitar. Ketika melakukan mendhak, posisi tubuh penari bergeser 2 kali ke kiri dan 2 kali ke kanan. Gerakan mendhak biasanya dilakukan dalam 4 hitungan.
- Ngrayung
Salah satu gerakan yang tidak boleh dilewatkan pada tari bungong jeumpa adalah ngrayung. Gerakan ini dilakukan dengan menggerakkan jari tangan, yaitu dengan mengacungkan ibu jari ke depan dan merapatkan 4 jari lainnya sedangkan kedua telapak tangan mengarah ke atas dan bawah.
Gerakan ngrayung juga harus dilakukan 2 kali ke arah kiri dan 2 kali ke arah kanan. Penari biasanya melakukan gerakan ngrayung dengan hitungan 4×8.
- Lutut
Penari melakukan gerakan lutut dengan membentuk lingkaran menggunakan kedua tangan sehingga menyerupai bulan. Selanjutnya penari berjalan di tempat. Sambil melakukan gerakan ini, penari harus menjaga kestabilan lutut saat berjalan di tempat.
Seperti halnya gerakan ngrayung, lutut juga dilakukan dalam hitungan 4 x 8. Meskipun terdengar sederhana, penari harus rajin berlatih agar bisa melakukan gerakan dengan tepat.
- Wirasa
Gerakan selanjutnya yang harus dilakukan oleh penari bungong jeumpa adalah gerakan wirasa. Untuk melakukan gerakan ini, penari diharuskan untuk meletakkan tangan di bahu. Kemudian penari lurus ke depan sambil bergerak turun secara perlahan.
Gerakan ini dinamakan wirasa karena penari harus mampu menghadirkan rasa pada setiap gerakan sesuai dengan lagu bungong jeumpa yang mengiringi.
- Pandeleng
Pandeleng merupakan gerakan ketika penari memegang bahu kiri menggunakan tangan kanan sedangkan tangan kiri memegang pinggang sebelah kanan. Gerakan ini dilakukan secara bergantian dan diikuti dengan penglihatan mata.
Selanjutnya penari mengatur gerakan kepala, badan serta kaki dengan posisi turun sedikit demi sedikit hingga berada pada posisi duduk. Untuk hitungan gerakan, pandeleng menggunakan hitungan 4×8.
- Solah
Gerakan berikutnya dinamakan dengan solah. Ketika melakukan gerakan ini, penari menepukkan kedua tangan ke arah depan kemudian ke atas kepala dan dada.
Kunci keberhasilan solah adalah kepekaan terhadap lagu sehingga penari tahu kapan gerakan ini harus dilakukan. Terkait hitungan gerakan, solah dilakukan dengan hitungan 4 x 8.
- Penutup
Kelompok terakhir ini menjadi penutup tarian bungong jeumpa. Penari bertepuk tangan lalu diikuti dengan posisi siku tangan kanan tegak dan tangan kiri di bawahnya. Dengan kata lain, penari membentuk sudut siku menggunakan tangan.
Selanjutnya penari mengubah gerakan dengan kedua tangan lurus ke samping, ke atas, ke kanan, dan ke kiri, dilanjutkan dengan ke bawah kanan dan bawah kiri. Gerakan ini dilakukan dengan hitungan 4×8.
Gerakan terakhir hampir sama dengan gerakan pertama, yaitu penari memosisikan tangan seperti sedang bertapa.
Pola Lantai Tarian Bungong Jeumpa
Tari bungong jeumpa menggunakan beberapa pola lantai yang berbeda, mulai dari vertikal, horizontal, hingga diagonal. Berikut ini bentuk pola lantai yang dipakai dalam tarian bungong jeumpa.
- Vertikal: Penari membentuk pola lantai vertikal dengan melangkah ke depan dan belakang.
- Horizontal: Pola lantai horizontal dilakukan dengan melangkah ke arah kanan dan kiri.
- Melingkar: Penari membuat gerakan kaki melingkar.
- Diagonal: Pada pola lantai ini, penari berpindah ke arah kanan atau kiri secara diagonal.
Kostum Tarian Bungong Jeumpa
Selain lirik lagu yang penuh makna serta koreografi menarik, tari bungong jeumpa juga menarik dalam hal kostum. Para penari mengenakan kostum berupa kombinasi ikat kepala, baju atasan, dan celana panjang serta beberapa aksesoris lain sebagai pelengkap.
Baju atasan yang dikenakan biasanya terbuat dari katun halus dan bermotif bunga. Biasanya warna yang digunakan adalah warna yang mencolok seperti hijau dan merah. Sedangkan celana panjang biasanya berwarna hitam atau gelap.
Para penari bungong jeumpa juga mengenakan hijab yang kemudian dilengkapi dengan hiasan kepala. Hiasan tersebut dapat berupa ikat kepala maupun bunga serta konde.
Salah satu hal yang menarik dari kostum yang dikenakan adalah kain songket. Kain dengan warna kuning keemasan ini dililitkan pada pinggang dan menjulur hingga ke lutut sehingga terlihat kontras dengan celana hitam.
Tari bungong jeumpa adalah bagian dari kekayaan budaya di Indonesia. Gerakan unik, kostum menarik, dan lagu khas membuat tarian yang satu ini dikenal luas di berbagai belahan dunia. Oleh sebab itu, rakyat Indonesia terutama Aceh patut bangga dengan adanya kesenian tradisional ini.