Dari manakah asal tari Mpaa Sampari berasal? Tari tradisional Mpaa Sampari adalah tarian daerah atau tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB), salah satu provinsi di Indonesia. Tarian ini diciptakan saat masa Kesultanan Bima.
Sekitar tahun 1640 saat Abdul Khair Sirajudin menjabat sebagai Sultan Bima ke-2. Tarian Mpaa Sampari awalnya dipertunjukkan sebagai atraksi untuk memperagakan keahlian para prajurit Kesultanan Bima.
Gerakan Tari Mpaa Sampari
Gerakan tarian Mpaa Sampari sangat dinamis dan penuh unsur bela diri. Setiap gerakannya memang terlihat berbahaya, tapi mampu menarik perhatian penonton.
Menurut buku Upacara dan Busana Adat Bima, pada naskah abad ke-18 dan ke-19, penari Mpaa Sampari memakai sebilah keris dan sehelai sapu tangan, lalu memperagakan gerakan duel seperti menikam, menangkis, membabat, dan menghindar dari sabetan maut yang diberi oleh lawan penari.
Agar semakin meriah, Tari Mpaa Sampari diiringi oleh musik berupa gendang, gong, dan seruling. Biasanya, tarian ini dipertunjukkan saat acara penyambutan tamu penting, khitanan, dan acara lainnya.
Busana Penari Tari Mpaa Sampari yang Biasa Digunakan

Tarian Mpaa Sampari mengisahkan semangat para keprajuritan di masa Kesultanan Bima. Karena itu, tarian ini disebut sebagai tarian perang, dan ditarikan oleh penari pria.
Menurut Indonesia Heritage Digital Library, para penari pria memakai baju lengan pendek atau lengan panjang berwarna cerah, celana panjang dan aksesoris seperti ikat kepala. Busana yang sederhana bertujuan agar para penari lebih leluasa saat melakukan gerakan tarian Mpaa Sampari.
Selain ikat kepala, aksesoris lain yang digunakan penari pria adalah keris dan sapu tangan. Karena tarian ini menunjukkan kepiawaian prajurit, makanya tarian ini menggunakan keris.
Jenis Tarian Bima Dana Mbojo
Sebenarnya, sejarah seni tradisional Bima membagi dua kelompok jenis tari, yaitu Mpaa Asi (tarian istana) dan Mpaa Ari Mai Ba Asi (tarian di luar istana atau tarian rakyat).
Sedangkan, tarian rakyat terdiri dari mpaa sila, buja kadanda, dan ganto. Uniknya, tarian rakyat ini hanya dilakukan oleh laki-laki, karena tarian ini bertujuan untuk menunjukkan sisi kekuatan laki-laki.
Sampai saat ini, tarian istana dan tarian rakyat masih dilestarikan oleh masyarakat setempat. Tapi sayangnya, masih ada beberapa tarian yang jarang dimainkan oleh masyarakat Bima sehingga tarian tertentu terancam punah.
Jenis tarian Mpaa Asi atau tarian istana dibagi menjadi dua kelompok lagi yaitu Tari Siwe (tarian perempuan) dan Tari Mone (tarian laki-laki).
1. Tari Siwe
Berikut tari siwe atau tarian untuk penari perempuan, terdiri dari:
a. Tari Lenggo mbojo atau mpaa lenggo
Lenggo artinya melenggok, tarian ini dilakukan saat upacara Sirih Puan setiap perayaan Maulid dan biasanya ditarikan oleh perempuan.
Tari Lenggo mengisahkan seorang guru agama Islam yang mengadakan penghormatan pada muridnya, yaitu seorang Sultan. Tujuan dari tarian ini adalah untuk saling menghormati satu sama lain.
b. Tari toja
Tarian toja diciptakan oleh Sultan Abdul Kahir Sirajuddin, pada tahun 1651, dan terinspirasi dari legenda Indra Zamrud. Tarian ini menggambarkan lemah gemulainya gerakan penari yang turun dari kayangan.
c. Tari lengsara
Tarian lengsara dipertunjukkan saat sidang eksekutif dan upacara Ndiha Molu atau Maulid Nabi. Tarian ini terakhir dilakukan pada tahun 1963, saat acara perkawinan keluarga raja, tapi sekarang sudah dipertunjukkan kembali.
d. Tari Katumbu
Tarian katumbu artinya berdegup, tarian ini menggambarkan keterampilan dan keluwesan remaja putri di daerah Bima. Diperkirakan, tarian ini sudah ada sejak abad ke XV dan hanya ditarikan oleh keluarga istana.
e. Tari Karaenta
Tarian karaenta di awali dengan lagu berbahasa Makassar, judulnya Karaengta. Tarian ini biasanya ditarikan oleh anak kecil yang berusia sekitar 10 tahun.
Uniknya, tarian ini tidak memakai baju, hanya memakai hiasan yang disebut Kawari atau dokoh. Pada dasarnya, tarian ini adalah dasar untuk mempelajari semua tarian kerajaan Bima.
2. Tari Mone
Berikut beberapa tari mone atau tarian untuk laki-laki, terdiri dari:
a. Tari kanja
Tarian ini diciptakan oleh Sultan Abdul Kahir Sirajuddin, pada tahun 1673. Tarian ini terinspirasi dari sejarah masuknya Islam ke Bima. Kanja artinya tantangan, makanya tarian ini digambarkan sebagai pertarungan dua orang panglima yang paling tangguh.
b. Tari sere
Tari sere maksudnya mengajak berperang, tarian ini awalnya ditarikan oleh perwira perang yang memiliki gelar Anangguru Sere. Tarian ini menggambarkan kondisi saat menghadapi musuh Dou Labo Dana (Negeri dan Rakyat), penari akan melompat sambil berlari dengan diiringi musik tambur.
Sehingga tarian ini membutuhkan lokasi yang cukup luas dan dipertunjukkan di hadapan para tamu yang sedang berkunjung ke daerah Bima.
c. Tari soka
Tari soka adalah tarian para kesatria dan biasanya dimainkan oleh para Laskar Kesultanan Bima. Tarian soka menjadi tarian pengiring dan pengawal barisan depan saat upacara di Kesultanan Bima, seperti upacara Hanta UA Pua.
Tarian ini biasanya dimainkan oleh dua orang prajurit yang membawa senjata tombak dan tameng. Lalu diiringi oleh alunan musik dari gendang dan serunai.
Kostum yang digunakan penari soka berwarna merah, melambangkan kegagahan dan keberanian para prajurit Kesultanan Bima saat berada di medan perang.
d. Tari monca
Tarian dengan nama lengkap tari Wura Bongi Monca, dilakukan oleh sekelompok penari wanita.
Tarian ini bertujuan sebagai penyambutan tamu yang datang ke daerah Bima. Biasanya penari akan menebarkan beras kuning di sekitarnya sebagai tanda penghormatan dan harapan baik pada para tamu yang datang.
e. Tari Lenggo melayu atau Lenggo mone
Tarian Lenggo Melayu biasanya ditarikan oleh laki-laki dengan memakai kostum tradisional Bima. Tarian ini diciptakan oleh Datuk Raja Lelo, seorang mubaligh asal Sumatera Barat sebagai upacara adat Hanta Ua Pua.
Upacara adat Hanta Ua Pua adalah acara peringatan masuknya agama Islam di Bima. Selain itu, tarian ini juga dipertunjukkan saat penyambutan tamu penting saat acara festival budaya.
Tari Lenggo Melayu biasanya diiringi alunan musik dari gendang besar, silu, gong, dan tawa-tawa. Alat musik ini akan mengeluarkan irama yang lembut dan pelan, sesuai dengan gerakan para penari.
f. Tari Mpaa Sampari
Tari mpaa adalah jenis tarian rakyat Bima yang mempertunjukkan gerakan silat. Makanya, tarian ini lebih sering dibawakan oleh para laki-laki, karena alasan gerakan yang cukup berbahaya.
- Tari Jiki Hadra
Selain jenis tarian tadi, ternyata masih ada jenis tarian lain yaitu Zikir Hadrah atau Jiki Hadra yang merupakan perpaduan antara seni tari dan seni musik, tarian ini dimainkan oleh penyanyi dan penari laki-laki.
Tarian Hadrah dimainkan sekitar abad XIV saat masuknya Islam ke daerah Bima. Tarian ini berisi pujian kepada Allah SWT dan dimainkan oleh anak-anak atau orang dewasa.
Itulah tadi beberapa jenis tari Mpaa Sampari dari Nusa Tenggara Barat. Dengan mengetahui info ini, pengetahuan tentang tarian tradisional NTB bisa bertambah. Tidak lupa juga untuk melestarikan tarian tradisional sampai di masa yang akan datang.